BROKEN HOME DAN
PENGARUH NEGATIVENYA TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK
Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Seminar Problematik Biologi
GREYTI QIVINTIA
KOROPIT
10 310 892
Dosen
pembimbing:
Dr.H.M.Sumampouw
M.pd
Dr.A.Maramis
M.Si
UNIVERSITAS
NEGERI MANADO
FAKULTAS
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
2012
ABSTRAK
Greyti Qivintia
Koropit
Biologi,Universitas
Negeri Manado
Jalan.Kampus
Tondano-Tonsaru
Rumusan nonpenelitian ini disusun untuk
mengetahui pengaruh negative siswa yang berasal dari kehidupan keluarga yang tidak utuh dalam artian tidak harmonis
(broken home ) terhadap hasil belajar siswa.Tujuan penulisan ini yaitu untuk jelaskan
apakah ada perbedaan pencapaian hasil belajar siswa yang berasal dari keluarga
tidak utuh(broken home) dan keluarga utuh.Masalah ini dikaji dari berbagai
sumber untuk mendukung permasalahan tersebut. Peningkatan hasil belajar siswa
bukan saja tergantung dari individu
tersebut tetapi factor luar sangat
mempengaruhi hasil belajar siswa terutama lingkungan keluarga.Istilah broken
home bukanlah istilah yang sepelah tetapi berpengaruh negative terhadap kejiwaan
anak maka dengan demikian akan menghambat konsentrasi belajar. Anak yang datang
dari keluarga yang broken home prestasi belajarnya sangat rendah dibandingkan
dengan anak yang berasal dari keluarga yang utuh. Dapat disimpulkan bahwa keberadaan atau
keutuhan keluarga sangat berpengaruh terhadap anak dalam proses belajar
disekolah.
Kata
kunci: broken home berdampak negative terhadap pendidikan anak
ABSTRACT
Nonpenelitian formulation is designed to determine the effect of negative students from non-intact family life in the sense of harmony (broken home) on learning outcomes siswa.Tujuan this paper is to determine whether there are differences in student achievement from non-intact families (broken home) and family utuh.Masalah is examined from a variety of sources to support the issue. Improved student learning outcomes not only depend on the individual but external factors influence student learning outcomes, especially the family. The term broken home is not a term that sepelah but negative effect on the child's psyche will thereby inhibit learning concentration. Children who come from a broken home is very low academic achievement than children from intact families. It can be concluded that the presence or the family unit is very influential on the child in the learning process in schools.
Keywords: broken home negative impact on children's education
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pendidikan
merupakan salah satu kebutuhan manusia yang sangat penting untuk meningkatkan
kesejahteraan hidupnya. Melalui pendidikan diharapkan anak didik memperoleh
pengetahuan, keterampilan dan sikap yang sangat diperlukan untuk memecahkan
persoalan yang dihadapi. Pendidikan memiliki peran penting dalam mencerdaskan
bangsa. Proses belajar tidak selalu berhasil, hasil yang dicapai antara peserta
didik yang satu dengan yang lain memiliki perbedaan. berhasil tidaknya proses
belajar mengajar tergantung dari faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar
peserta didik. Factor yang datang berupa factor intrinsik dan ekstrinsik.
Peningkatan prestasi belajar peserta
didik bukan hanya tergantung dari individu itu. Akan tetapi prestasi belajar
yang merupakan faktor dari luar juga sangat besar pengaruhnya. Pada dasarnya
individu memiliki kemampuan yang sama dalam belajar, namun ada beberapa hal
yang mempengaruhi sehingga terjadi suatu perbedaan dalam mencapai prestasi
belajar. Peserta didik yang mengalami satu masalah, sebagian ada yang berusaha
mengatasinya dan berhasil keluar dari masalahnya, tetapi pada umumnya mereka
tidak mampu mengatasinya dengan sendiri sehingga memerlukan bantuan orang lain.
Oleh karena itu keterlibatan orang tua atau keluarga sangat diperlukan sebagai
orang terdekatnya.
Keluarga
merupakan suatu tempat yang sangat penting untuk tumbuh kembang anak baik
secara fisik maupun psikis.Didalam keluarga terdiri atas ayah,ibu dan anak
merupakan suatu kesatuan yang saling melengkapi satu sama lain. Ketiga komponen
tersebut akan membentuk suatu keharmonisan dan apa yang dibutuhkan anak sebagai
peserta didik akan terpenuhi baik dalam segi perhatian,kasih sayang,motivasi,perlindungan
akan terpenuhi. Orang tua pun perlu untuk mengetahui apa saja faktor yang dapat
mempengaruhi proses belajar pada anak mereka, sehingga orang tua dapat
mengenali penyebab dan pendukung anak dalam berprestasi.
Dari
hasil penelitian yang dilakukan oleh sugiarti di SMP KRISTEN YSKI SEMARANG koefisien regresi untuk dukungan social
termasuk keluarga adalah sebesar -0.072 artinya dukungan social mempengaruhi
penurunan prestasi belajar. Tetapi penelitian yang dilakukan juga oleh Yustiana
tentang hubungan antara peran orang tua dengan prestasi belajar didapat angka
korelasi negative yaitu-0,020. Hal ini berarti semakin tinggi peran orang tua
maka prestasi belajar cenderung semakin rendah.dan kebalikan juga semakin
tinggi prestasi belajar maka semakin rendah pula peran orang tua.jadi dapat
disimpulkan bahwa prestasi belajar dipengaruhi oleh berbagai factor yang salah
satunya factor keluarga walaupun tidak terlalu signifikan.
Tetapi kenyataan yang ada sekarang bahwa orang tua lebih mementingkan
diri mereka sendiri tanpa memikirkan dampak negative yang akan timbul pada anak
mereka yang disebabkan oleh ketidak harmonisan dalam keluarga dimana masalah
ketidakutuhan(broken home)dalam keluarga sangat berpengaruh negative terhadap
kejiwaan(psikis) anak maka dengan demikian prestasi belajar anak akan menurun.
Sehingga tanpa disadari bahwa penurunan prestasi belajar siswa
diakibatkan oleh keadaan orang tuanya ditengah-tengah keluarga yang tidak
baik.Orang tua menginginkan prestasi anak tersebut meningkat atau prestasi
dalam belajar merupakan dambaan bagi setiap orang tua terhadap anaknya.sementara dilain sisi orang tua
mengabaikan tanggung jawabnya untuk menjadi teladan kepada anaknya.
Semoga dengan kita mempelajari
makalah ini,kita sebagai orang tua lebih memperhatikan keadaan peserta didik
dalam hal ini menghindari ketidak harmonisan dalam keluarga sehingga peserta
didik dapat focus dalam proses belajar dengan begitu apa yang diharapkan dan
dicita-citakan bersama baik orang tua dan anak sebagai peserta didik akan
terlaksana.
Untuk memenuhi tugas mata kuliah
Seminar Problematik Biologi dan mengkaji lebih dalam tentang pengaruh negative
broken home terhadap prestasi belajar peserta didik.
BAB
II
KAJIAN TEORI
- Pengertian Keluarga
Keluarga berasal dari bahasa
(Sanskerta yaitu kulawarga yang artinya ras dan warga yang berarti anggota)
adalah lingkungan yang terdapat beberapa orang yang masih memiliki hubungan
darah. Keluarga sebagai kelompok sosial terdiri dari sejumlah individu,
memiliki hubungan antar individu, terdapat ikatan, kewajiban, tanggung jawab di
antara individu tersebut.
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah
suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan.Kata keluarga (Ensiklopedia
Indonesia II:1729) menurut makna sosiologi yaitu kesatuan kemasyarakatan
berdasarkan hubungan perkawinan dan pertalian darah(Subhan 2001). Home atau
keluarga adalah lembaga social yang terkecil keluarga merupakan bagian yang
terkecil dalam masyarakat. Keluarga merupakan kelompok manusia yang hidup
bersama karena adanya ikatan perkawinan darah dan adopsi.(Tim pengembangan UPI)
Menurut kadarwati 2011 pengertian keluarga
diantaranya:
a)
Keluarga
adalah tempat perkembangan awal seorang anak, sejak saat kelahirannya sampai
proses perkembangan jasmani dan rohani berikutnya. Bagi seorang anak, keluarga
memiliki arti dan fungsi yang vital bagi kelangsungan hidup maupun dalam menemukan makna dan tujuan
hidupnya. Untuk mencapai perkembangannya seorang anak membutuhkan kasih sayang,
perhatian dan rasa aman untuk berlindung dari orang tuanya. Tanpa sentuhan
manusiawi itu anak akan merasa terancam dan penuh rasa takut.
b)
Keluarga
merupakan dunia keakraban seorang anak. Sebab dalam keluargalah dia mengalami pertama-tama
hubungan dengan manusia dan memperoleh representasi dari dunia sekelilingnya.
Pengalaman hubungan dengan keluarga semakin diperkuat dalam proses pertumbuhan
sehingga melalui pengalaman makin mengakrabkan seorang anak dengan lingkungan
keluarga. Keluarga dibutuhkan seorang anak untuk mendorong, menggali,
mempelajari dan menghayati nilai-nilai kemanusiaan, religiusitas, norma-norma
dan sebagainya. Nilai-nilai luhur tersebut dibutuhkan sesuai dengan martabat kemanusiaannya
dalam penyempumaan diri.
c) Keluarga merupakan tempat pemupukan
dan pendidikan untuk hidup bermasyarakat dan bernegara agar mampu berdedikasi
dalam tugas dan kewajiban dan tanggung jawabnya sehingga keluarga menjadi
tempat pembentukan otonom diri yang memiliki prinsip-prinsip kehiduupan tanpa
mudah dibelokkan oleh arus godaan.
d) Keluarga merupakan kelompok terkecil
yang anggotanya berinteraksi to face secara tetap, dalam kelompok demikian perkembangan
anak dapat diikuti dengan sesama oleh orang tuanya dan penyesuaian secara
pribadi dalam hubungan sosial lebih mudah terjadi.
Orang tua mempunyai motivasi yang kuat untuk mendidik anak karena anak merupakan cinta kasih hubungan suami istri.
Orang tua mempunyai motivasi yang kuat untuk mendidik anak karena anak merupakan cinta kasih hubungan suami istri.
Motivasi
yang kuat melahirkan hubungan emosional antara orang tua dan anak.
Karena hubungan sosial dalam keluarga itu bersifat tetap maka orang tua memainkan peranan sangat penting terhadap proses sosialisasi anak.
Karena hubungan sosial dalam keluarga itu bersifat tetap maka orang tua memainkan peranan sangat penting terhadap proses sosialisasi anak.
Jadi
dapat disimpulkan bahwa Keluarga merupakan Unit terkecil dalam masyarakat yang
terdiri dari ayah,ibu dan anak yang didalamnya merupakan suatu kesatuan yang
memiliki ikatan yang tak dapat dipisahkan dimana orang tua menjadi teladan bagi
anak-anak sedagkan anak merupakan cermin dari keberadaan keluarga kemudian
keluarga memiliki peran yang sangat penting untuk tumbuh kembangnya anak baik
jasmani maupun rohani.
2.
Fungsi Keluarga
Fungsi keluarga menurut (friedman 1998):
1.
Fungsi
afektif (the affective function) fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan
segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang
lain fungsi ini dibutuhkan untuk perkembangan individu dan psikososial anggota
keluarga.Contohnya: mengajarkan kepada anak cara-cara bersosialisasi dengan
orang lain.
2.
fungsi
sosialisasi dan tempat bersosialisasi adalah fungsi mengembangkan dan tempat
melatih anak untuk kehidupan social sebelum meninggalkan rumah untuk
berhubungan social.Contoh: orang tua memberikan penjelasan bahwa kita harus
menyesuaikan dengan lingkungan dimana kita tinggal agar kita dapat diterima
dilingkungan baru tersebut.
3.
Fungsi
reproduksi (the reproductive function) untuk mempertahankan generasi dan
menjaga kelangsungan keluarga.
4.
fungsi
ekonomi(the economic function) yaitu untuk memenuhi kebetuhan keluarga secara
ekonomi dan tempat mengembangkan kemampuan individu meningkatkan kebutuhan
untuk memenuhi keluarga.
5.
fungsi
perawatan fungsi ini yaitu untuk mempertahankan kesehatan anggota keluarga.
Namun berubahnya pola hidup agraris
menjadi industrialisasi fungsi keluarga dikembangkan menjadi:
1.
fungsi
ekonomi dimana keluarga yang produktif yang mampu menghasilkan nilai tambah ekonomi
dengan memanfaatkan sumber daya keluarga.
2.
fungsi
pendapatan status social yaitu keluarga dapat melihat starata social dgn keluarga
lain.
3.
fungsi
pendidikan yaitu keluarga mempunyai peranan dan tanggungjawab yang besar
terhadap pendidikan anak-anaknya untuk menghadapi kehidupan dewasanya.(dalam
buku asuhan keperawatan keluarga)
Mengingat betapa
pentingnya peran keluarga untuk anak, maka keluarga sangat
menentukan kepribadian, perilaku, konsep diri, motivasi berprestasi, serta
pandangan hidup anak tersebut. Maka akan sangat fatal akibatnya apabila
keluarga tidak lagi mampu berfungsi sebagaimana mestinya. Keluarga adalah suatu
lingkungan yang terdiri dari orang-orang terdekat bagi seorang anak. Banyak
sekali waktu dan kesempatan bagi seorang anak untuk berjumpa dan berinteraksi
dengan keluarganya. Perjumpaan dan interaksi tersebut sudah pasti sangat besar
pengaruhnya bagi perilaku dan prestasi seseorang. Kondisi yang harmonis dalam
keluarga dapat memberi stimulus dan respon yang baik dari anak sehingga
perilaku dan prestasinya menjadi baik.
Sebaliknya
jika keluarga tidak harmonis atau broken home akan berdampak negatif
bagi perkembangan peserta didik, perilaku dan prestasi cenderung terhambat, dan
akan muncul masalah masalah dalam perilaku dan prestasinya. Contoh: anak yang
kekurangan perhatian dan kasih sayang dari orang tua akan menimbulkan kenakalan
pada anak.
- Peranan Keluarga dalam menigkatkan prestasi belajar peserta didik
Peran adalah serangkaian prilaku yang
diharapkan pada seseorang sesuai dengan posisi social yang diberikan dan dapat diartikan juga sebagai kemampuan
individu untuk mengontrol atau mempengaruhi atau mengubah perilaku orang
lain.peran keluarga dijalankan untuk menjaga keseimbangan dalam keluarga.(supartini
2002).
Orang Tua memegang peranan utama dan
pertama bagi pendidikan anak, mengasuh, membesarkan dan mendidik anak merupakan
tugas mulia yang tidak lepas dari berbagai halangan dan tantangan.
Peran orang tua terhadap anak dimana
kemampuan yang ekselen dan segala hal yang baik muncul pada anak,mula-mula
datang dari rumah dan memerlukan pula orang dari rumah atau orang tua. Dengan
adanya komitmen dari orang tua terhadap penggunaan waktu yang produktif dan
seseorang harus bekerja sebaik mungkin merupakan suatu nilai yang berpengaruh
pada anak dimana orang tua perlu memberikan contoh dan menanamkan adanya
standar nilai yang tinggi yang harus diraih anak. Disamping itu partisipasi
orang tua terhadap belajar anak merupakan sumbangan signifikan pada prestasi
yang diraihnya.
Pada dasarnya hubungan orang tua dan
anak tergantung pada sikap serta perilaku orang tua dalam keluarga. Sikap orang
tua sangat menentukan terbentuknya hubungan keluarga sebab apabila hubungan
telah terbentuk dengan baik, maka hal ini cenderung untuk di pertahankan,
karenanya sikap orang tua terhadap anak merupakan hasil belajar.
Campbell dan Parcel (2002)
mengemukakan, bahwa pendidikan orang tua, tingkat pengetahuan dan investasi
dalam pendidikan dan aspirasi pendidikan yang tinggi berhubungan dengan semakin
baiknya lingkungan keluarga anak anak. Semakin tinggi pendidikan orang tua maka
menunjukkan adanya kecenderungan mempunyai harapan tingkat pendidikan anak yang
lebih tinggi, memberi dukungan kepada anak untuk melakukan yang terbaik di
sekolahan, dan pengharapan yang tinggi terhadap prestasi akademik anak (Davis-Kean
& Schnabel, 2002 diacu dalam Davis-Kean dan Sexton, tanpa tahun).
Lingkungan keluarga tersebut merupakan lingkungan dimana orang tua memberikan
perhatian kepada anak berkaitan dengan dorongan untuk berpestasi, aspirasi
pendidikan dan pekerjaan, fasilitas belajar, pemanfaatan waktu, dan ikatan
keluarga.
Cassidy(1981)
menyebutkan 5 hal yang mungkin menjadi pegangan bagi orang tua didalam mendidik
anaknya yaitu:
1. Berlaku sebagai pendorong anak
didalam memberikan informasi tentang kekuatan dan gaya belajar yang dimiliki
oleh anak.
2. Menyediakan kesempatan belajar
dirumah maupun diluar sekolah
3. Bantulah anak pada setiap tugas yang
diberikan oleh sekolah
4. Berperan sebagai mentor dan tidak
segan-segan bertukar pikiran dengan orang tua lain maupun anak yang lain.
5. Mengembangkan materi pelajaran yang
diberikan untuk anak sesuai minat dan kemampuannya.( rena akbar.2001)
Ketika anak berhasil mengerjakan
sesuatu yang baik orang tua harus memberikan pujian dan pengakuan terhadap hal-hal yang
berhasil dilakukan anak sehingga anak merasa berguna dan mampu tetapi jangan
sampai berlebihan.
pengakuan
secara otomatis akan meningkatkan inisiatif
dan rasa percaya dirinya dalam melakukan sesuatu apalagi yang
berhubungan dengan belajar disekolah.Jika orang tuanya menjelaskan apa yang
dilakukan anak itu baik maka akan lebih membantu anak mengembangkan rasa
percaya diri yang didasarkan atas prestasi yang sesungguhnya.Anak sangat
membutukan bantuan dalam menyelesaikan setiap masalah yang datang maka orang
tua dapat membantu anak untuk menyelesaikan masalah seperti memberikan solusi
terhadap permasalahannya.
interaksi sehari-hari antara orang tua
dan anak cocok untuk membimbing anak dalam aktivitas sehari-hari membantu anak
mengembangkan bermacam-macam strategi untuk mendapatkan apa yang
diinginkannya,memahami keterbatasannya dan mengarahkan anak untuk memahami
hal-hal yang boleh sehingga anak dapat memecahkan masalah dan memiliki bekal
dalam penyesuaian dirinya. Orang tua harus menjadi teladan bagi anak-anaknya(utami
azi.2006)
Maka
dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar peserta didik dapat meningkat atau
menurun tergantung dari keberadaan orang tua,walaupun tidak seluruhnya
dipengaruhi oleh orang tua tetapi orang tua berperan penting dalam hal
peningkatan prestasi belajar.
- Penyebab broken home
Kata broken
home sering dilabelkan pada anak yang menjadi korban perceraian
anaknya. Sebenarnya anak yang broken home bukan hanya anak
yang berasal dari orang tua yang bercerai, tetapi juga anak yang berasal dari
keluarga yang tidak utuh atau tidak harmonis. Terdapat banyak faktor yang
melatarbelakangi anak yang broken home, antara lain percekcokan atau
pertengkaran orang tua, perceraian, kesibukan orang tua.
Menurut kardawati Penyebab timbulnya
keluarga yang broken home antara lain:
a) Orangtua yang bercerai
Perceraian menunjukkan suatu kenyataan dari
kehidupan suami istri yang tidak lagi dijiwai oleh rasa kasih sayang dasar-dasar
perkawinan yang telah terbina bersama telah goyah dan tidak mampu menompang
keutuhan kehidupan keluarga yang harmonis. Dengan demikian hubungan suami istri
antara suami istri tersebut makin lama makin renggang, masing-masing atau salah satu membuat jarak sedemikian rupa
sehingga komunikasi terputus sama sekali. Hubungan itu menunjukan situasi
keterasingan dan keterpisahan yang makin melebar dan menjauh ke dalam dunianya
sendiri. jadi ada pergeseran arti dan fungsi sehingga masing-masing merasa
serba asing tanpa ada rasa kebertautan yang intim lagi.
b)
Kebudayaan
bisu dalam keluarga
Kebudayaan bisu ditandai oleh tidak
adanya komunikasi dan dialog antar
anggota keluarga. Problem yang muncul dalam kebudayaan bisu tersebut justru terjadi dalam komunitas yang saling mengenal dan diikat oleh tali batin. Problem tersebut tidak akan bertambah berat jika kebudayaan bisu terjadi diantara orang yang tidak saling mengenal dan dalam situasi yang perjumpaan yang sifatnya sementara saja. Keluarga yang tanpa dialog dan
komunikasi akan menumpukkan rasa frustasi dan rasa jengkel dalam jiwa anak-anak. Bila orang tua tidak memberikan kesempatan dialog dan komunikasi dalam arti yang sungguh yaitu bukan basa basi atau sekedar bicara pada hal-hal yang perlu atau penting saja; anak-anak tidak mungkin mau mempercayakan masalah-masalahnya dan membuka diri. Mereka lebih baik berdiam diri saja. Situasi kebudayaan bisu ini akan mampu mematikan
kehidupan itu sendiri dan pada sisi yang sama dialog mempunyai peranan yang sangat penting. kurangnya hasil belajar dapat berakar pada kurangnya dialog dalam masa kanak-kanak dan masa berikutnya, karena orang tua terlalu menyibukkan diri sedangkan kebutuhan yang lebih mendasar yaitu cinta kasih diabaikan. Akibatnya anak menjadi terlantar dalam kesendirian dan kebisuannya. Ternyata perhatian orang tua dengan memberikan kesenangan materi belum mampu menyentuh kemanusiaan anak. Dialog tidak dapat digantikan kedudukannya dengan benda mahal dan bagus. Menggantikannya berarti melemparkan anak ke dalam sekumpulan benda mati.
anggota keluarga. Problem yang muncul dalam kebudayaan bisu tersebut justru terjadi dalam komunitas yang saling mengenal dan diikat oleh tali batin. Problem tersebut tidak akan bertambah berat jika kebudayaan bisu terjadi diantara orang yang tidak saling mengenal dan dalam situasi yang perjumpaan yang sifatnya sementara saja. Keluarga yang tanpa dialog dan
komunikasi akan menumpukkan rasa frustasi dan rasa jengkel dalam jiwa anak-anak. Bila orang tua tidak memberikan kesempatan dialog dan komunikasi dalam arti yang sungguh yaitu bukan basa basi atau sekedar bicara pada hal-hal yang perlu atau penting saja; anak-anak tidak mungkin mau mempercayakan masalah-masalahnya dan membuka diri. Mereka lebih baik berdiam diri saja. Situasi kebudayaan bisu ini akan mampu mematikan
kehidupan itu sendiri dan pada sisi yang sama dialog mempunyai peranan yang sangat penting. kurangnya hasil belajar dapat berakar pada kurangnya dialog dalam masa kanak-kanak dan masa berikutnya, karena orang tua terlalu menyibukkan diri sedangkan kebutuhan yang lebih mendasar yaitu cinta kasih diabaikan. Akibatnya anak menjadi terlantar dalam kesendirian dan kebisuannya. Ternyata perhatian orang tua dengan memberikan kesenangan materi belum mampu menyentuh kemanusiaan anak. Dialog tidak dapat digantikan kedudukannya dengan benda mahal dan bagus. Menggantikannya berarti melemparkan anak ke dalam sekumpulan benda mati.
c) Perang dingin dalam keluarga
Dapat
dikatakan perang dingin adalah lebih berat dari pada kebudayaan bisu.
Sebab dalam perang dingin selain kurang terciptanya dialog juga disisipi oleh rasa perselisihan dan kebencian dari masing-masing pihak. Awal perang dingin dapat disebabkan karena suami mau memenangkan pendapat pendiriannya sendiri, sedangkan istri hanya mempertahankan keinginan dan kehendaknya sendiri. Suasana perang dingin dapat menimbulkan :
Sebab dalam perang dingin selain kurang terciptanya dialog juga disisipi oleh rasa perselisihan dan kebencian dari masing-masing pihak. Awal perang dingin dapat disebabkan karena suami mau memenangkan pendapat pendiriannya sendiri, sedangkan istri hanya mempertahankan keinginan dan kehendaknya sendiri. Suasana perang dingin dapat menimbulkan :
1.
Rasa
takut dan cemas pada anak-anak.
2.
Anak-anak
menjadi tidak betah dirumah sebab merasa tertekan dan
bingung serta tegang.
bingung serta tegang.
3.
Anak-anak menjadi tertutup dan tidak dapat
mendiskusikan masalah yang
dialami.
dialami.
4.
Semangat belajar dan konsentrasi mereka
menjadi lemah.
Lingkungan
keluarga yang tidak kondusif berdampak
kurang baik bagi perkembangan jiwa anak. Situasi keluarga yang tidak
kondusif yaitu diantaranya:
1.
Hubungan yang buruk /dingin antara ayah
dan anak
2.
Terdapat gangguan fisik atau mental
dalam keluarga
3.
Cara mendidik anak yang berberbeda
antara kedua orang tua
4.
Sikap orang tua yang dingin atau acuh terhadap
anak.
5.
Sikap orang tua yang kasar dan keras
/otoriter pada anak
6.
Anak yang kehilangan orang tua
7.
Orang tua yang tidak harmonis.( Noorkasiani
2007)
Anak membutuhkan kasih sayang
dan perhatian dari keluarganya (orang tuanya). Cekcok atau pertengkaran
antara ayah dan ibu seringkali membawa dampak buruk pada anak. Anak yang
seharusnya mendapat kasih sayang dan pendidikan harus mengalami masa yang
kritis untuk menjadi terbiasa dengan pertengkaran ayah dan ibunya. Pada usia
balita, anak-anak yang kurang mendapat kasih sayang dan perhatian orang tuanya
seringkali pemurung, labil dan tidak percaya diri. Ketika menjelang usia remaja
kadang-kadang mereka mengambil jalan pintas, minggat dari rumah dan menjadi
anak jalanan bahkan melakukan hal-hal yang menyimpang. Ketenangan yang ia
rindukan berubah menjadi suram. Lebih jauh lagi, keluarga tidak lagi menjadi
sebuah tempat yang dirindukan melainkan menjadi tempat yang yang tidak
diinginkan bahkan tempat yang wajib untuk dihindari.
5. Pengertian
Prestasi Belajar
Prestasi belajar adalah hasil belajar
yang dicapai peserta didik yang tercermin dalam nilai rapor.Nilai rapor
merupakan hasil pengolahan rata-rata nilai ulangan umum,nilai ulangan harian
dan pekerjaan rumah.
6. Prestasi
belajar siswa yang datang dari keluarga utuh
Berbagai kemudahan yang diperoleh dari peserta
didik yang datang dari keluarga harmonis:
1. Mudah
menerima pelajaran yang diberikan guru karena suasana hatinya tenang dan
gembira,berpikiran jernih dan selalu berkonsentrasi ,ia dapat belajar secara
maksimal karena belajar baginya menjadi saat meneguhkan kemampuan
diri.(bimbingan dan kons sma kls XI by Sri Hapsari.Grasindo
2. Memiliki
kemampuan daia ingat yang kuat karena ia mempunyai kesempatan untuk belajar
kembali dan memperkaya dari berbagai sumber.
3. Bertanggung
jawab dengan mengerjakan setiap tugas secara maksimal pemberian tugas baginya
menjadi suatu kesempatan untuk menunjukan keterampilan dan kemampuan.
4. Mampu
merencanakan karier pendidikannya dalam tahapan-tahapan
5. Tidak
mengalami kesulitan dalam bergaul.ia mampu berkomunikasi dengan baik kepada
siapa saja karena keluarga telah mendidiknya untuk berkembang dalam
kebersamaan.
7. Prestasi belajar peserta didik yang
berasal dari keluarga tidak utuh(Broken home)
Peserta didik yang tinggal bersama orang tua akan
mengalami hambatan dalam belajar, apabila tidak adanya kekompakan dan
kesepakatan diantara kedua orang tuanya. Perselisihan, pertengkaran,
perceraian, dan tidak adanya tanggung jawab antara kedua orang tua akan
menimbulkan keadaan yang tidak diinginkan terhadap diri peserta didik dan akan
menghambat proses belajar diantaranya:
- Prestasi belajar peserta didik menurun
- Mengalami kesulitan_kesulitan dalam belajar
- Konsentrasinya menurun dan akibatnya sulit menerima pelajaran yang diberikan.
- Anak itu akan menjadi pendiam dan cenderung menjadi anak yang menyendiri serta suka melamun dengan keadaan seperti itu maka hasil belajarnya akan menurun.
- Motivasi yang rendah
8.
Cara
penanggulangan baik sebagai orang tua maupun tenaga pendidik
1.
Orang
tua : Lebih mementingkan kepentingan atau perkembangan anak agar prestasi
belajar berjalan dengan baik sesuai yang diharapkan.Dengan menghindari perselisihan
yang berkepanjangan,perceraian.
2.
Guru:
melakukan pendekatan secara individual diluar jam belajar untuk mengetahui
masalah-masalah yang dihadapi peserta didik kemudian memberikan saran
selayaknya seorang guru agar masalah tersebut dapat teratasi dan tidak
menurunkan prestasi belajar anak tersebut.
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat. Orangtua berperan
penting bagi tumbuh kembangnya anak baik secara jasmani,psikis dan rohani.jika fungsi dari keluarga atau orang
tua diabaikan akan berdampak negatife bagi perkembangan anak termasuk prestasi
belajar peserta didik.
Prestasi belajar peserta didik yang datang dari keluarga utuh berbeda
dengan prestasi belajar yang datang dari keluarga broken home karena berbagai
hal yang melatar belakangi yang meliputi kepedulian orang tua,motivasi,perhatian
dan kasih saying.
Sumber
1.
Kadarwati.2011.Bimbingan
dan konseling fakultas keguruan dan ilmu pendidikan.Universitas
PGRI.Yogyakarta.
2.
Subhan.2001.Membina
keluarga sakina.pustaka pesantren:Jogjakarta
3.
Suprajitno.2003.Asuhan
Keperawatan Keluarga.EGC:Jakarta
4.
Noorkasiani.2007.Sosiologi
Keperawatan.EGC:Jakarta
5.
Hapsari.2003.Bimbingan
dan konseling kelas XI.Grasindo.Jakarta
6.
Haris.2001.faktor
ekternal yang mempengaruhi belajar:psikologi pendidikan
7.
Hanifah.2001.Media
riset akuntansi,auditing dan informasi,vol 1,No.3 Desember 2001:63-86
8.
Iswanti.Pengaruh
motivasi berprestasi dan peran orang tua dengan prestasi belajar siswa.dosen
akademi sekretari/LPK Tarakanita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar